Strategi toko kelontong biar tidak tenggelam oleh minimarket

Dizaman yang moderent ini pemikiran manusia semakin maju dan berkembang,dan banyak menciptakan inovasi-inovasi baru,tentu saja yang sangat diuntungkan bagi mereka yang berpendidikan tinggi saja,dan bagaimana dengan masyarakat golongan menengah ke bawah?dari kenyataan yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kesenjangan tersebut sangat nyata,baik di segi pengetahuan maupun kesenjangan di segi ekonomi,dan apalagi ditambah dengan masa pandemi virus covid 19 sekarang ini,kehidupan masyarakat kelas menengah kebawah semakin terjepit,banyak diantara mereka yang bekerja sebagai buruh dirumahkan atau di PHK,dan begitu juga para pelaku usaha kecil UMKM,banyak dari mereka yang gulung tikar,tapi sebaliknya usaha besar seperti minimarket malah semakin menjamur,mengapa sampai seperti itu,sekarang coba kita cari tahu masalahnya dimana.

Saya turut bersimpati pada kejatuhan toko-toko retail tradisional karena kalah bersaing dengan toko-toko retail modern (seperti AlfaMart, IndoMart). Banyak pemilik toko kelontong yang mengaku sulit berusaha karena kalah bersaing dengan toko retail modern. Dan memang tidak kita pungkuri banyak konsumen yang suka berbelanja ke toko retail modern dibanding toko kelontong karena tempatnya yang bersih dan nyaman,ber-AC, berkonsep swalayan (self-service), dan menyediakan produk yang sangat beragam/lengkap dgn harga kompetitif.

Sekarang toko kelontong hanya punya 2 pilihan berobah atau gulung tikar (karena kalah bersaing dengan toko-toko retail modern). Memang toko kelontong juga punya pasar konsumennya tersendiri, tetapi kelangsungannya sangat memprihatinkan karena toko kelontong hanya mendapatkan sebagian kecil konsumen sedangkan toko retail modern mendapatkan sebagian besar konsumen.

Kalau kita menilai dari jauh, tentu keadaan ini sangat tidak adil. Tetapi kalau kita menilai dari dekat, saya sadar bahwa bukan toko retail modern yang harus disalahkan atas kejadian ini. zaman terus berkembang dan kualitas serta strategi bisnis semakin hari semakin maju, tetapi toko kelontong tradisional lama yang tidak berevolusi mengikuti perkembangan jaman saat ini. Ibarat kalau dulu kita memasak dengan kompor berbahan bakar kayu, hingga sekarang kita tetap saja memasak dengan menggunakan kompor berbahan bakar kayu padahal sebagian besar orang lain sudah berganti metode memasak dengan menggunakan kompor berbahan bakar tabung gas elpiji. 

Revolusi yang dimaksud adalah toko kelontong tradisional harus berubah menjadi mini-market modern agar dapat bersaing dengan toko retail modern yang telah ada. Tidak ada jalan lain.Setiap orang dapat membuat mini-market-nya sendiri (sebagaimana layaknya toko retail modern yang telah ada) tanpa harus bergantung pada franchise-franchise tertentu. Konsep mini-market dapat disederhanakan menjadi 3 hal berikut :

1. Dari segi kebersihan,toko kelontong harus membuat toko sebersih mungkin dan menyisakan tempat untuk para konsumen biar bisa bebas memilih barang yang akan dibeli
2. Dari segi kenyamanan harus bisa menata barang dagangan dengan rapi dan juga memperhatikan kecukupan penerangan dalam ruangan toko
3. Komputerisasi  diharuskan menggunakan sebuah Aplikasi Kasir untuk mendata barang dan transaksi di dalam toko.

Ya, hanya 3 hal saja di atas kita sudah bisa buat mini-market pribadi yang akan di kelola sendiri tanpa perlu bergantung pada franchise-franchise tertentu.

Memang minimarket amatiran yang kita buat sendiri tidak akan sebaik minimarket yang dikelola oleh franchise tertentu, tetapi minimarket amatiran ini sepenuhnya milik kita. Semua sumber daya yang ada di dalamnya dapat dengan bebas kita kelola untuk mencapai hasil sesuai dengan harapan kita dan keuntungannya pun akan sepenuhnya kita nikmati. Ibarat sebuah negara yang merdeka, demikian juga minimarket amatiran yang kita kelola sendiri dan miliki sepenuhnya.